Sobat Internet Positif saya akan mengsher pekerjaan rumah pas SMK ya itu pembuatan artikel tentang Pemanfaatan Alam Semesta. Silahkan di baca maupun di copy paste :-)
Pendahuluan
Manusia sebagaimana makhluk lainnya, memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber air, gunung, laut, atau udara. Bencana lumpur lapindo yang tak kunjung usai, gunung meletus, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya selalu menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.
Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.
Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis, alam adalah barang dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap alam. Menurutnya, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya, manusia yang religius akan menyadari adanya keterkaitan antara dirinya dan alam lingkungan. Manusia seperti ini akan memandang alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa dieksploitasi secara sewenang-wenang.
Sadar Lingkungan
Secara umum, agama-agama samawi memiliki pandangan yang sama mengenai perlindungan terhadap alam semesta. Agama-agama samawi menyatakan bahwa bumi dan segala sesuatu yang tersimpan di dalamnya diciptakan Tuhan untuk manusia. Allah swt berfirman, (al-Baqarah: 29): “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Tuhan menyebut alam lingkungan sebagai nikmat besar yang diberikan-Nya untuk manusia agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya secara benar. Allah berfirman (dalam QS. Jaatsiyah: 13), “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, semuanya berasal dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan alam semesta bagi kehidupannya, baik di bumi, maupun di langit”.
Selain berhak memanfaatkan alam semesta, manusia juga diberi tanggung jawab untuk menjaga agar alam semesta tidak mengalami kerusakan. Allah SWT berfirman (QS. al-Ruum: 41), “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki supaya mereka merasakan sebagian dari perilaku mereka itu supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak negatif kepada diri manusia. Misalnya, perilaku manusia yang merusak hutan, membuang sampah sembarangan berakibat pada bencana banjir yang merenggut nyawa dan melenyapkan harta benda manusia. Ketika bencana alam datang, manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.
Kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari ketidak taatan, keserakahan dan ketidakperduliaan (manusia) terhadap karunia besar kehidupan (Budha), Kita harus, mendeklarasikan sikap kita untuk menghentikan kerusakan, menghidupkan kembali menghormati tradisi lama kita (Hindu), Kami melawan segala terhadap segala bentuk eksploitasi yang menyebabkan kerusakan alam yang kemudian mengancam kerusakannya (Kristen), dan Manusia adalah pengemban amanah, berkewajiban untuk memelihara keutuhan Ciptaan-Nya, integritas bumi, serta flora dan faunanya, baik hidupan liar maupun keadaan alam asli.
Krisis Lingkungan
Kerusakan alam lainnya yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan lingkungan hidup adalah rusaknya lapisan ozon di atmosfer. Penyebab menipisnya lapisan ozon adalah gas karbondioksida (CO2) yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil dan chloroflourocarbon (CFC) yang bersumber dari penggunaan kulkas dan AC. Kedua gas itu mengeluarkan atom yang merusak molekul ozon di atmosfer. Kerusakan ozon membuat sinar matahari masuk ke bumi secara berlebihan, tanpa ada yang menangkal, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan berbagai penyakit lainnya. Akibat lain dari kerusakan ozon adalah meningkatnya temperatur bumi.
Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan alam adalah memperhatikan standar dan kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan. Hal ini sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam ( QS. al-Hijr: 19 ), “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu memperhatikan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan. Misalnya kasus, dalam sebuah tambang emas, biasa digunakan bahan-bahan kimia untuk memisahkan kandungan emas dari zat-zat lainnya. Sisa-sisa bahan kimia ini bila dibuang begitu saja ke laut, akan menyebabkan tercemarnya air laut dan teracuninya makhluk hidup di laut. Akibatnya, manusia tidak dapat memanfaatkan makhluk-makhluk laut untuk kehidupannya.
Dalam kasus ini, kecerobohan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam telah menyebabkan kerugian yang berdampak terhadap diri mereka sendiri. Dalam hal ini, Imam Ridha as. pernah bersabda, “Keadilan dan kedermawanan menyebabkan abadinya nikmat Allah. Karena itu, seadainya manusia memperhatikan dampak lingkungan hidup, sesungguhnya, dia telah menjaga kelestarian nikmat Tuhan bagi dirinya sendiri.”
Manusia sebagaimana makhluk lainnya, memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber air, gunung, laut, atau udara. Bencana lumpur lapindo yang tak kunjung usai, gunung meletus, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya selalu menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.
Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.
Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis, alam adalah barang dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap alam. Menurutnya, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya, manusia yang religius akan menyadari adanya keterkaitan antara dirinya dan alam lingkungan. Manusia seperti ini akan memandang alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa dieksploitasi secara sewenang-wenang.
Sadar Lingkungan
Secara umum, agama-agama samawi memiliki pandangan yang sama mengenai perlindungan terhadap alam semesta. Agama-agama samawi menyatakan bahwa bumi dan segala sesuatu yang tersimpan di dalamnya diciptakan Tuhan untuk manusia. Allah swt berfirman, (al-Baqarah: 29): “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Tuhan menyebut alam lingkungan sebagai nikmat besar yang diberikan-Nya untuk manusia agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya secara benar. Allah berfirman (dalam QS. Jaatsiyah: 13), “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, semuanya berasal dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan alam semesta bagi kehidupannya, baik di bumi, maupun di langit”.
Selain berhak memanfaatkan alam semesta, manusia juga diberi tanggung jawab untuk menjaga agar alam semesta tidak mengalami kerusakan. Allah SWT berfirman (QS. al-Ruum: 41), “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki supaya mereka merasakan sebagian dari perilaku mereka itu supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak negatif kepada diri manusia. Misalnya, perilaku manusia yang merusak hutan, membuang sampah sembarangan berakibat pada bencana banjir yang merenggut nyawa dan melenyapkan harta benda manusia. Ketika bencana alam datang, manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.
Kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari ketidak taatan, keserakahan dan ketidakperduliaan (manusia) terhadap karunia besar kehidupan (Budha), Kita harus, mendeklarasikan sikap kita untuk menghentikan kerusakan, menghidupkan kembali menghormati tradisi lama kita (Hindu), Kami melawan segala terhadap segala bentuk eksploitasi yang menyebabkan kerusakan alam yang kemudian mengancam kerusakannya (Kristen), dan Manusia adalah pengemban amanah, berkewajiban untuk memelihara keutuhan Ciptaan-Nya, integritas bumi, serta flora dan faunanya, baik hidupan liar maupun keadaan alam asli.
Krisis Lingkungan
Kerusakan alam lainnya yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan lingkungan hidup adalah rusaknya lapisan ozon di atmosfer. Penyebab menipisnya lapisan ozon adalah gas karbondioksida (CO2) yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil dan chloroflourocarbon (CFC) yang bersumber dari penggunaan kulkas dan AC. Kedua gas itu mengeluarkan atom yang merusak molekul ozon di atmosfer. Kerusakan ozon membuat sinar matahari masuk ke bumi secara berlebihan, tanpa ada yang menangkal, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan berbagai penyakit lainnya. Akibat lain dari kerusakan ozon adalah meningkatnya temperatur bumi.
Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan alam adalah memperhatikan standar dan kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan. Hal ini sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam ( QS. al-Hijr: 19 ), “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu memperhatikan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan. Misalnya kasus, dalam sebuah tambang emas, biasa digunakan bahan-bahan kimia untuk memisahkan kandungan emas dari zat-zat lainnya. Sisa-sisa bahan kimia ini bila dibuang begitu saja ke laut, akan menyebabkan tercemarnya air laut dan teracuninya makhluk hidup di laut. Akibatnya, manusia tidak dapat memanfaatkan makhluk-makhluk laut untuk kehidupannya.
Dalam kasus ini, kecerobohan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam telah menyebabkan kerugian yang berdampak terhadap diri mereka sendiri. Dalam hal ini, Imam Ridha as. pernah bersabda, “Keadilan dan kedermawanan menyebabkan abadinya nikmat Allah. Karena itu, seadainya manusia memperhatikan dampak lingkungan hidup, sesungguhnya, dia telah menjaga kelestarian nikmat Tuhan bagi dirinya sendiri.”
Di dalam AlQur’an surat
Al-Anbiya 107, Allah SWT berfirman: “Wa maa arsalnaka illa
rahmatanlil’aalamin”. Yang kurang lebih berarti “Tidaklah Kami turunkan
engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta”. Ayat tersebut
menjelaskan maksud Allah SWT menurunkan rasulNya, Muhammad SAW, yaitu untuk
menjadi rahmat bagi alam semesta. Alam semesta dapat didefinisikan sebagai
jagat raya yang didalamya termasuk manusia, tumbuhan, hewan, makhluk hidup
lainnya, serta makhluk tidak hidup. Rahmat pada umumnya mengandung pengertian
kasih sayang, keadilan, dan kesejahteraan. Dengan demikian tujuan Islam adalah
identik dengan tujuan pembawanya, Muhammad SAW, yaitu
membawa ajaran kasih sayang, keadilan, dan kesejahteraan bagi alam
semesta.
- Tidak ada satu pun ciptan Allah SWT yang tidak bermanfaat bahkan makhluk yang kecil sekalipun. Hanya manusia lah yang belum mengetahui satu persatu manfaat makhluk ciptaan Allah SWT tersebut.
- Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk selalu mengembangkan IPTEK sehingga mampu menyingkap hikmah atau manfaat makhluk-mahkluk ciptaan Allah SWT.
- Orang yang tidak nmau menggali hikmah ciptaan Allah SWT digolongkan orang yang tidak mau berfikir.
Pelestarian Lingkungan Hidup menurut Islam
Islam
adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan
Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain), karena ia adalah
sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hal
ini didasarkan pada firman ALLAH SWT : "Pada hari ini Aku sempurnakan
bagimu agamamu dan AKU cukupkan atasmu nikmatku, dan Aku ridhai Islam sebagai
aturan hidupmu." (QS. 5 : 3). Oleh karena itu aturan Islam haruslah
mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya. Demikian
tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini, sehingga
bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap
alam dan lingkungan hidupnya.
Pelestarian
alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah
di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 (“Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.”…). Arti khalifah di sini adalah: “seseorang
yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban
untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik,
kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”. Di samping itu, Surat Ar-Rahman, khususnya ayat 1-12, adalah ayat yang luar
biasa indah untuk menggambarkan penciptaan alam semesta dan tugas manusia
sebagai khalifah.
Ayat
ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi
Islam di George Washington University, Amerika Serikat. dalam dua bukunya
“Man and Nature (1990)” dan “Religion and the Environmental Crisis
(1993)”, yang disajikan sebagai berikut:
“……Man
therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and
centre of the cosmic milieu at once the master and custodian of nature. By
being taught the names of all things he gains domination over them, but he is
given this power only because he is the vicegerent (khalifah.) of God on earth
and the instrument of His Will. Man is given the right to dominate over nature
only by virtue of his theomorphic make up, not as a rebel against heaven.” Jelaslah
bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai
khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola
lingkungan hidup).
Allah
telah memberikan tuntunan dalam Al-Quran tentang lingkungan hidup. Karena waktu
perenungan, hanya beberapa dalil saja yang diulas sebagai landasan untuk
merumuskan teori tentang lingkungan hidup menurut ajaran Islam.
Dua
dalil pertama pembuka diskusi ini bersumber pada Surat Al An’aam 101 dan Al
Baqarah30.
Dalil pertama adalah: “Allah pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah sumber pengetahuannya”. Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khafilah.
Dalil pertama adalah: “Allah pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah sumber pengetahuannya”. Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khafilah.
Seperti
halnya dalil pertama,
dalil ke tiga ini menyangkut tauhid. Hope dan Young (1994)
berpendapat bahwa tauhid adalah salah satu kunci untuk memahami masalah
lingkungan hidup. Tauhid adalah pengakuan kepada ke-esa-an Allah serta
pengakuan bahwa Dia-lah pencipta alam semesta ini. Perhatikan firman Allah
dalam Surat Al An’aam 79:
“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan”
Dalil ke empat adalah
mengenai keteraturan sebagai kerangka penciptaan alam semesta seperti firman
Allah dalam Surat Al An’aam, dengan arti sebagai berikut, “Segala puji bagi Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang..”
Adapun
dalil ke lima dapat
ditemukan dalam Surat Hud 7 yang menjelaskan maksud dari penciptaan alam
semesta, “Dan Dia-lah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,….Dia menguji siapakah
diantara kamu yang lebih baik amalnya.”
Itulah
salah satu tujuan penciptaan lingkungan hidup yaitu agar manusia dapat berusaha
dan beramal sehingga tampak diantara mereka siapa yang taat dan patuh kepada
Allah.
Dalil
ke enam adalah kewajiban bagi manusia untuk selalu tunduk
kepada Allah sebagai maha pemelihara alam semesta ini. Perintah ini jelas
tertulis dalam Surat Al An’aam 102 yaitu, “..Dialah Allah Tuhan kamu; tidak ada
Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah
pemelihara segala sesuatu”
Dalil
ke tujuh adalah penjabaran lanjut dari dalil kedua yang
mewajibkan manusia untuk melestarikan lingkungan hidup. Adapun rujukan dari
dalil ini adalah Surat Al A’raaf 56 diterjemahkan sebagai berikut;
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya……..” Selanjutnya dalil ke delapan mengurai tugas lebih rinci untuk manusia, yaitu menjaga keseimbangan lingkungan hidup, seperti yang difirmankanNya dalam surat Al Hijr 19, ”Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya……..” Selanjutnya dalil ke delapan mengurai tugas lebih rinci untuk manusia, yaitu menjaga keseimbangan lingkungan hidup, seperti yang difirmankanNya dalam surat Al Hijr 19, ”Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Dalil
ke sembilan menunjukkan bahwa proses perubahan
diciptakan untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) bumi. Proses
ini dikenal dalam literatur barat sebagai: siklus Hidrologi.
Dalil
ini bersumber dari beberapa firman Allah seperti Surat Ar Ruum 48, Surat An
Nuur 43, Surat Al A’raaf 57, Surat An Nabaa’ 14-16, Surat Al Waaqi’ah 68-70,
dan beberapa Surat/Ayat lainnya. Penjelasan mengenai siklus hidrologi dalam
berbagai firman Allah merupakan pertanda bahwa manusia wajib mempelajarinya.
Perhatikan isi Surat Ar Ruum: 48 dengan uraian siklus hidrologi berikut ini.
Hujan seharusnya membawa kegembiraaan karena menyuburkan tanah dan merupakan
sumber kehidupan.
Surat
Ar Ruum 48 Siklus hidrologi
Mencakup
proses evaporasi, kondensasi, hujan, dan aliran air ke sungai/danau/laut,
Al-Qur’an dengan sangat jelas menjabarkannya. Evaporasi, adalah naiknya uap air
ke udara. Molekul air tersebut kemudian mengalami pendinginan yang disebut
dengan kondensasi. Kemudian terjadi peningkatan suhu udara, yang menciptakan
hujan. Air hujan tersebut menyuburkan bumi dan kemudian kembali ke badan air
(sungai, danau atau laut.
Ini
dengan jelas digambarkan dalam Al-Qur’an surat ar-Ruum:48 yang berbunyi;
“Allah, Dialah yang mengirim
angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit
menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu
lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hambahamba-Nya
yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Sebagai
khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan rohaninya. Inilah inti
dari dalil ke sepuluh bahwa kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari
kebersihan rohani.
Merujuk
pada Surat Al-Baqarah 222; “….sesungguhnya
Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang
membersihkan diri.” Serta Surat Al-Muddatstsir 4-5; “..dan bersihkan pakaianmu serta
tinggalkan segala perbuatan dosa.”
Meski
slogan yang dikenal umum seperti “kebersihan adalah sebagian dari iman”, banyak
diakui sebagai hadis dhaif,
namun demikian, Rasulluah S.A.W. bersabda bahwa iman terdiri dari
70 tingkatan: yang tertinggi adalah pernyataan “tiada Tuhan selain Allah” dan
yang terendah adalah menjaga kerbersihan. Jadi, memelihara lingkungan hidup
adalah menjadi bagian integral dari tingkat keimanan seseorang. Khususnya
beragama Islam.
Mengutip
disertasi Abdillah (2001), Surat Luqman ayat 20 Allah berfirman, “Tidakkah kau cermati bahwa
Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung
lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada
sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono. Yakni
mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai.”
Selain itu, Abdillah juga mengutip bahwa manusia harus mempunyai ketajaman nalar, sebagai prasyarat untuk mampu memelihara lingkungan hidup. Hal ini bisa dilihat Surat Al Jaatsiyah 13 sebagai berikut; “Dan Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar memadai.”
Selain itu, Abdillah juga mengutip bahwa manusia harus mempunyai ketajaman nalar, sebagai prasyarat untuk mampu memelihara lingkungan hidup. Hal ini bisa dilihat Surat Al Jaatsiyah 13 sebagai berikut; “Dan Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar memadai.”
Dalil-dalil di atas adalah pondasi
dari teori pengelolaan lingkungan hidup yang dikenal dengan nama “Teorema Alim”
yang dirumuskan sebagai berikut:
Misi
manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah memelihara lingkungan hidup,
dilandasi dengan visi bahwa manusia harus lebih mendekatkan diri pada
Allah. Perangkat utama dari misi ini adalah kelembagaan, penelitian, dan
keahlian. Adapun tolok ukur pencapaian misi ini adalah mutu lingkungan.
Berdasarkan “Teorema Alim” ini, kerusakan lingkungkan adalah cerminan dari
turunnya kadar keimanan manusia.
Rasulullah
S.A.W. dan para sahabat telah memberikan teladan pengelolaan lingkungan hidup
yang mengacu kepada tauhid dan keimanan. Seperti yang dilaporkan Sir Thomas
Arnold (1931) bahwa Islam mengutamakan kebersihan sebagai standar lingkungan
hidup. Standar inilah yang mempengaruhi pembangunan kota Cordoba. Menjadikan
kota ini memiliki tingkat peradaban tertinggi di Eropa pada masa itu. Kota
dengan 70 perpustakaan yang berisi ratusan ribu koleksi buku, 900 tempat
pemandian umum, serta pusatnya segala macam profesi tercanggih pada masa itu. Kebersihan
dan keindahan kota tersebut menjadi standar pembangunan kota lain di Eropa.
Contoh
lain adalah inovasi rumah sakit dan manajemennya (Arnold, 1931). Pada masa itu
manajemen rumah sakit sudah sedemikian canggihnya sebagai pusat perawatan dan
juga pusat pendidikan calon-calon dokter. Rumah sakit tersebut sudah memiliki
ahli bedah, ahli mata, dokter umum, perawat, dan administrator. Tercatat 34
rumah sakit yang tersebar dari Persia ke Maroko serta dari Siria Utara sampai
ke Mesir. Rumah sakit pertama yang berdiri di Kairo pada tahun 872 Masehi,
bahkan beroperasi selama 700 tahun kemudian. Inovasi bidang kesehatan ini
bahkan berkembang sampai pada penemuan ambulan atau menurut Arnold (1931)
sebagai “traveling
hospital”.
Teorema Alim ini
mengandung dua unsur yaitu misi dan tolok ukur. Misi dapat diemban apabila
diiringi visi mendekatkan diri pada Allah dan dibekali ketajaman nalar, yaitu
kelembagaan, keahlian, dan kegiatan. Tolok ukur yang jelas adalah mutu
lingkungan hidup di Indonesia sebagai rambu-rambu untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan misi manusia yaitu mencegah bumi dari kerusakan
lingkungan.
Wassalam
Wr. Wb.
Artikel Terkait
Terimakasih Sobat telah membaca artikel Blog Postingan Positif di atas tentang :
Dengan Judul: Pemanfaatan Alam Semesta
Rating: 100%
Ditulis Oleh Bang Fadhil
Semoga informasi mengenai Pemanfaatan Alam Semesta bisa memberikan manfaat bagi Sobat. Jangan lupa Komentar Anda dan Share Artikel ini sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Dengan Judul: Pemanfaatan Alam Semesta
Rating: 100%
Ditulis Oleh Bang Fadhil
Semoga informasi mengenai Pemanfaatan Alam Semesta bisa memberikan manfaat bagi Sobat. Jangan lupa Komentar Anda dan Share Artikel ini sangat dibutuhkan, di bawah ini.